Mataku terasa panas, tarikan nafasku mulai terdengar seperti isakan.
Isakan yang dibungkam oleh banyaknya kata- kata yang tak bisa diucapkan. Kata-kata tentang perasaan yang hidup di setiap hariku, mengiringi setiap nafas dengan tanya. Menghiasi setiap sudut hati dengan bunga berbagai rupa hingga membiarkan mereka layu hingga membusuk dengan sendirinya. Dia ada dekat di hadapanku, bertanya-tanya mengapa aku tak ceria seperti yang dikenalnya.
Air mata mulai muncul di sudut-sudut mataku.
Kutatap mata coklat berpendar keemasan itu, pancarannya merengkuh dingin, berputar menuntut jawaban. hangat sekaligus tajam. Kutatap dalam-dalam, berharap semua ini tersampaikan tanpa aku harus berucap. Mata itu sudah membuat banyak perempuan merelakan singgasana hati mereka untuk pemiliknya. Membuat banyak perempuan merasakan hangat yang terpancar dari sudut-sudutnya. Membuat banyak perempuan berjuang untuk tidak terombang-ambing oleh kecerdasannya. Mata itu bergeming menatapku.
Tidakkah kau mengerti? Ada begitu banyak perempuan berotasi disekitarmu hanya karena pancaran kehangatan ini yang terasa seperti matahari pagi.
Sebegitu hambar kah rasa di dalam hatimu? Hingga kau tak bisa merasakan metamorfosa yang dipaksakan agar terlihat cantik di matamu?
Atau sebegitu tinggi kah kau untuk tunduk pada cinta? Hingga menoleh untuknya pun kau tak sudi, dan mungkin tak sebanding dengan keangkuhanmu.
Aku sudah lelah dengan keheningan ini, kualihkan tatapanku dari matamu yang tak kunjung mengerti.
Andai kau bisa mengerti arti tatapku itu. Ingin sekali aku membiarkan tangis ini pecah, dan membiarkan tubuhku yang terasa dingin ini hilang dalam dekapmu.
sudahlah tak ada bedanya kalaupun aku berbicara.
biar jadi teka-teki, menyaingi keangkuhanmu
*fiktif loh yaaa :D*